Senin, 01 Juli 2013

Day 6: Banking Insight to Build Great Nationalism with Prosperous Spirit

Pada hari ini kami para peserta program kepemimpinan LPDP melakukan kunjungan ke Bank Mandiri, lebih tepatnya menerima materi dan melakukan tur di Plaza Mandiri Gatot Subroto. Kami disambut oleh direksi Bank Mandiri, di antaranya adalah Budi Sadikin, Direktur Utama; Ogi P., Direktur Compliance dan Human Capital, dan Abdul Rachman, Direktur Institutional Banking. Kunjungan ini bertemakan Banking Insight to Build Great Nationalism with Prosperous Spirit.

Pak Ogi memberikan pengantar yang dibuka dengan penilaian Global Talent Index yang menempatkan Indonesia pada peringkat 58 dari 60 negara di dunia. Sementara itu, dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi yang besar. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237 juta dan jumlah penduduk produktif Indonesia yang berumur 15-49 tahun sebanyak 128 juta, 54 persen dari keseluruhan populasi.

Berdasarkan hasil pengamatan McKinsey Global Institute pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat 16 sebagai negara dengan perekonomian terbesar sehingga dapat mengikuti G20. Selain itu Indonesia memiliki 45 juta kelas konsumen dan 55 juta pekerja berketerampilan. Dalam 2030, diproyeksikan bahwa Indonesia akan menempati peringkat 7 sebagai negara dengan perekonomian terbesar, setelah Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil dan Russia. Kelas konsumen meningkat menjadi 135 juta dan pekerja berketerampilan akan bertambah menjadi 113 juta.

Dengan prediksi tersebut, akan di manakah kita 27 tahun mendatang?

Menghadapi globalisasi, Mandiri mempersiapkan diri dengan membina para pegawainya melalui program Employee Value Proposition. Program tersebut mempertemukan keinginan pegawai dengan segala yang bisa diberikan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas pegawai. Karena berdasarkan penelitian, pegawai yang merasa terlibat atau engaged akan memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya karena nilai yang mereka pegang sama dengan yang dipegang oleh perusahaan.

Berdasarkan Stephen Covey, terdapat empat dimensi kehidupan manusia terdiri dari fisik, emosional, intelektual dan spiritual. Keempat dimensi inilah yang diperhatikan dan dikelola melalui program tersebut.

Pada pengamatan lain oleh Boston Consulting Group (2012), manajemen bakat dan pengembangan kepemimpinan memiliki tingkat kepentingan tertinggi tapi rendah dalam kemampuan aktual. Oleh karena itu Mandiri membuat berbagai program untuk membangun sumber daya manusia Indonesia, tidak hanya pegawainya sendiri tapi juga warga negara Indonesia lainnya yang dapat disentuh Mandiri, seperti para TKI di Hong Kong melalui program Sahabat Mandiri.

Materi selanjutkan diberikan oleh Pak Abdul Rachman yang menerangkan tentang sejarah Bank Mandiri dari awal berdiri sampai menjadi bank terbaik di Indonesia dan di ASEAN, serta menerima banyak pengakuan dan penghargaan internasional.

Bank Mandiri didirikan pada tahun 1998 yang kemudian digabungkan dengan empat bank pemerintah lainnya pada saat krisis moneter. Bank tersebut adalah BBD, BDN, Bapindo dan Exim. Hal tersebut tidak mudah, dengan merger tersebut, Bank Mandiri harus melakukan rasionalisasi karyawan, remapping cabang, penyatuan 9 sistem IT, penyerahan 103 juta rupiah pinjaman buruk, dan obligasi rekap 178 juta rupiah.

Bank Mandiri mengalami krisis kedua pada tahun 2005 ketika dicurigai dan diselidiki oleh BPK dan mengalami penurunan dari segi laba dan nilai saham. Hal-hal tersebut dikarenakan oleh:
  •  Peningkatan NPL (non-performing loan)
  • Governance, risk management, sistem pengendalian operasi perusahaan tidak berjalan
  • Image negatif
  • Rendahnya tingkat profitabilitas dan fee-based income
  • Corporate values, performance culture, dan accountability belum terbangun
  • Consumer and commercial sales, branch network, dan electronic channel belum optimal
Untuk menjadi Regional Champion Bank, Bank Mandiri harus memperbaiki dan meningkatkan empat aspek, yaitu: budaya, pengendalian NPL, aliansi strategis, dan pertumbuhan bisnis. Perbaikan atau transformasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap.
  1. Perbaikan dan peletakan fondasi dasar (back on track) dari tahun 2006 sampai 2007
  2. Konsolidasi dan menciptakan momentum (outperform the market) dari tahun 2008 sampai 2009
  3. Penyempurnaan dan pertumbuhan (shaping the endgame) dari tahun 2010
Transformasi tersebut dapat berhasil terutama dengan revitalisasi corporate culture Bank Mandiri. Para direksi Bank Mandiri berhasil merumuskan nilai-nilai budaya atau culture value Bank Mandiri menjadi lima, yaitu:
  1. Trust
  2. Integrity 
  3. Professionalism 
  4.  Costumer focus 
  5. Excellence

Dengan tindakan utamanya (main act) terpapar dalam sepuluh poin, yaitu:
  1. Saling menghargai
  2.  Jujur, tulus dan terbuka
  3. Disiplin dan konsisten
  4. Berpikir, berkata dan bertindak terpuji
  5. Kompeten dan bertanggung jawab
  6. Memberikan solusi dan hasil terbaik
  7. Inovatif, proaktif dan cepat tanggapm
  8. Mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan
  9. Orientasi pada nilai tambah dan perbaikan terus menerus
  10. Peduli lingkungan
Perubahan dan penerapan nilai tersebut dilakukan melalui Change Agent yang berlaku sebagai role model bagi pegawai lainnya.

Selain dari perbaikan dari segi nilai budaya perusahaan, dilakukan juga perbaikan dari segi Good Corporate Governance dan branding. Transformasi tersebut berhasil sehingga laba bersih meningkat dan harga saham terus meningkat dan Bank Mandiri berhasil menjadi Service Leader perbankan Nasional.

Saat ini Bank Mandiri ada pada puncak kurva S, oleh karena itu harus melakukan transformasi lanjutan dan berpindah pada kurva S lainnya dengan misi To be Indonesia’s most admired and progressive financial institution.

Pada kesimpulannya ada tiga hal yang membuat transformasi Bank Mandiri berhasil, yaitu:
  1. Sense of urgency, kesadaran dan kebutuhan untuk berubah secepatnya
  2. Finish line, keberadaan tujuan bersama.
  3. Strong leadership, kepemimpinan yang kuat sebagai role model.

Direktur Utama Budi Sadikin sempat berbagi tips untuk sukses, yaitu:
  • Be the best
  • Be yourself
  • Believe in God

Setelah itu kami berkesempatan untuk melakukan tur ke Treasury Group, IT Center dan Executive Briefing Center.

Pada akhir hari, kami diberikan training dari Mandiri mengenai Financial Literacy for Financial Freedom oleh Maryana S. Materi dibuka dengan paradigma tentang uang seperti cinta akan uang adalah akar segala kejahatan atau kekurangan uang adalah akar segala kejahatan. Tidak ada yang salah dari kedua pendapat tersebut, tergantung pada nilai yang diwarisi dan diajarkan oleh orang tua.

Alur kehidupan terbentuk dari pikiran. Intelegensi finansial adalah suatu proses mental, lewat mana kita memecahkan masalah-masalah finansial kita.

If you are born poor it’s not your mistake, but if you die poor it’s your mistake (Bill Gates)

Pada kenyataannya orang tua kita melatih bagaimana mencari uang, namun jarang yang mengajarkan bagaimana mengelola uang jika telah memilikinya. 89% keretakan rumah tangga disebabkan karena masalah keuangan.

Beberapa mitos yang masih diterima oleh banyak orang di antaranya adalah fungsi suami sebagai perencana keuangan dan istri sebagai pembelanja dana, sehingga leluasa membeli barang-barang bermerek.

Banyak orang yang dahulunya mapan dan terkenal tidak lagi menikmati kekayaannya. Salah satunya adalah Mike Tyson, si Leher Beton, seorang petinju terhebat pada tahun 1980 dan 1990, bangkrut pada tahun 2003 dengan utang 23 juta dolar. Saat ini hidup di rumah kontrakan sederhana di Arizona, Amerika Serikat.
Selain itu, terdapat penelitian bahwa 85% pasien kanker dan keluarga bangkrut. Contoh-contoh nyata di atas menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan bukan hanya perlu tapi penting. Di lain waktu terdapat contoh seperti Haji Wahid, seorang penarik becak sejak 1972 yang berhasil menunaikan ibadah haji bersama istrinya. Beliau juga berhasil menyekolahkan ketiga anaknya.

Permasalahan yang sering ditemui dalam kegagalan dalam mengelola keuangan di antaranya adalah gangguan dari tukang kredit yang tidak henti-hentinya, cicilan yang tidak lunas-lunas, tidak adanya uang untuk zakat atau infak, gaji selalu dirasa kurang, gaya hidup melebihi kemampuan, sedikit atau tidak memiliki simpanan dan tidak ada perencanaan pensiun.

Untuk mengatasi kondisi tadi, kita harus mulai merencanakan keuangan.

Fail to plan Plan to fail, kita tidak pernah merencanakan untuk gagal, tetapi sering gagal dalam perencanaan.

Kalau kamu tidak menanam di musim semi, apa yang akan kamu tuai di musim dingin? - Peribahasa

Supaya bertanam 7 tahun, lalu apa yang kamu tuai biarlah dibulirnya,kecuali sedikit untuk kamu makan. Setelah itu akan datang 7 tahun yang amat sulit, menghabiskan apa yang kamu simpan. Selanjutnya akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan. (QS Yusuf: 43 -49)


Perencanaan keuangan akan mendorong kita untuk dapat mengatur dan menyusun kehidupan kita. Pikirkan pada fungsi dan tujuan, hiraukan yang tidak perlu dan tidak penting seperti pandangan orang dan keinginan untuk berhura-hura. Kesabaran dan kedisiplinan menjadi kuncinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar