Pada hari ini kami para peserta program kepemimpinan LPDP
melakukan kunjungan ke Bank Mandiri, lebih tepatnya menerima materi dan
melakukan tur di Plaza Mandiri Gatot Subroto. Kami disambut oleh direksi Bank
Mandiri, di antaranya adalah Budi Sadikin, Direktur Utama; Ogi P., Direktur
Compliance dan Human Capital, dan Abdul Rachman, Direktur Institutional
Banking. Kunjungan ini
bertemakan Banking Insight to Build Great Nationalism with Prosperous Spirit.
Pak Ogi memberikan pengantar yang dibuka dengan penilaian
Global Talent Index yang menempatkan Indonesia pada peringkat 58 dari 60 negara
di dunia. Sementara itu, dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki
potensi yang besar. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237
juta dan jumlah penduduk produktif Indonesia yang berumur 15-49 tahun sebanyak
128 juta, 54 persen dari keseluruhan populasi.
Berdasarkan hasil pengamatan McKinsey Global Institute
pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat 16 sebagai negara dengan perekonomian
terbesar sehingga dapat mengikuti G20. Selain itu Indonesia memiliki 45 juta
kelas konsumen dan 55 juta pekerja berketerampilan. Dalam 2030, diproyeksikan
bahwa Indonesia akan menempati peringkat 7 sebagai negara dengan perekonomian
terbesar, setelah Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil dan Russia.
Kelas konsumen meningkat menjadi 135 juta dan pekerja berketerampilan akan
bertambah menjadi 113 juta.
Dengan prediksi tersebut, akan di manakah kita 27
tahun mendatang?
Menghadapi globalisasi, Mandiri mempersiapkan diri
dengan membina para pegawainya melalui program Employee Value Proposition.
Program tersebut mempertemukan keinginan pegawai dengan segala yang bisa
diberikan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas pegawai. Karena
berdasarkan penelitian, pegawai yang merasa terlibat atau engaged akan
memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya karena nilai yang mereka pegang sama
dengan yang dipegang oleh perusahaan.
Berdasarkan Stephen Covey, terdapat empat dimensi
kehidupan manusia terdiri dari fisik, emosional, intelektual dan spiritual. Keempat
dimensi inilah yang diperhatikan dan dikelola melalui program tersebut.
Pada pengamatan lain oleh Boston Consulting Group (2012),
manajemen bakat dan pengembangan kepemimpinan memiliki tingkat kepentingan
tertinggi tapi rendah dalam kemampuan aktual. Oleh karena itu Mandiri membuat
berbagai program untuk membangun sumber daya manusia Indonesia, tidak hanya
pegawainya sendiri tapi juga warga negara Indonesia lainnya yang dapat disentuh
Mandiri, seperti para TKI di Hong Kong melalui program Sahabat Mandiri.
Materi selanjutkan diberikan oleh Pak Abdul Rachman
yang menerangkan tentang sejarah Bank Mandiri dari awal berdiri sampai menjadi bank
terbaik di Indonesia dan di ASEAN, serta menerima banyak pengakuan dan
penghargaan internasional.
Bank Mandiri didirikan pada tahun 1998 yang kemudian
digabungkan dengan empat bank pemerintah lainnya pada saat krisis moneter. Bank
tersebut adalah BBD, BDN, Bapindo dan Exim. Hal tersebut tidak mudah, dengan
merger tersebut, Bank Mandiri harus melakukan rasionalisasi karyawan, remapping
cabang, penyatuan 9 sistem IT, penyerahan 103 juta rupiah pinjaman buruk, dan
obligasi rekap 178 juta rupiah.
Bank Mandiri mengalami krisis kedua pada tahun 2005
ketika dicurigai dan diselidiki oleh BPK dan mengalami penurunan dari segi laba
dan nilai saham. Hal-hal tersebut dikarenakan oleh:
- Peningkatan NPL (non-performing loan)
- Governance, risk management, sistem pengendalian operasi perusahaan tidak berjalan
- Image negatif
- Rendahnya tingkat profitabilitas dan fee-based income
- Corporate values, performance culture, dan accountability belum terbangun
- Consumer and commercial sales, branch network, dan electronic channel belum optimal
Untuk menjadi Regional Champion Bank, Bank Mandiri
harus memperbaiki dan meningkatkan empat aspek, yaitu: budaya, pengendalian
NPL, aliansi strategis, dan pertumbuhan bisnis. Perbaikan atau transformasi
tersebut dilakukan dalam tiga tahap.
- Perbaikan dan peletakan fondasi dasar (back on track) dari tahun 2006 sampai 2007
- Konsolidasi dan menciptakan momentum (outperform the market) dari tahun 2008 sampai 2009
- Penyempurnaan dan pertumbuhan (shaping the endgame) dari tahun 2010
Transformasi tersebut dapat berhasil terutama dengan
revitalisasi corporate culture Bank Mandiri. Para direksi Bank Mandiri berhasil
merumuskan nilai-nilai budaya atau culture
value Bank Mandiri menjadi lima, yaitu:
- Trust
- Integrity
- Professionalism
- Costumer focus
- Excellence
Dengan tindakan utamanya (main act) terpapar dalam
sepuluh poin, yaitu:
- Saling menghargai
- Jujur, tulus dan terbuka
- Disiplin dan konsisten
- Berpikir, berkata dan bertindak terpuji
- Kompeten dan bertanggung jawab
- Memberikan solusi dan hasil terbaik
- Inovatif, proaktif dan cepat tanggapm
- Mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan
- Orientasi pada nilai tambah dan perbaikan terus menerus
- Peduli lingkungan
Perubahan dan penerapan nilai tersebut dilakukan
melalui Change Agent yang berlaku sebagai role model bagi pegawai lainnya.
Selain dari perbaikan dari segi nilai budaya perusahaan,
dilakukan juga perbaikan dari segi Good Corporate Governance dan branding.
Transformasi tersebut berhasil sehingga laba bersih meningkat dan harga saham
terus meningkat dan Bank Mandiri berhasil menjadi Service Leader perbankan
Nasional.
Saat ini Bank Mandiri ada pada puncak kurva S, oleh
karena itu harus melakukan transformasi lanjutan dan berpindah pada kurva S
lainnya dengan misi To be Indonesia’s
most admired and progressive financial institution.
Pada kesimpulannya ada tiga hal yang membuat
transformasi Bank Mandiri berhasil, yaitu:
- Sense of urgency, kesadaran dan kebutuhan untuk berubah secepatnya
- Finish line, keberadaan tujuan bersama.
- Strong leadership, kepemimpinan yang kuat sebagai role model.
Direktur Utama Budi Sadikin sempat berbagi tips untuk
sukses, yaitu:
- Be the best
- Be yourself
- Believe in God
Setelah itu kami berkesempatan untuk melakukan tur ke
Treasury Group, IT Center dan Executive Briefing Center.
Pada akhir hari, kami diberikan training dari Mandiri
mengenai Financial Literacy for Financial Freedom oleh Maryana S. Materi
dibuka dengan paradigma tentang uang seperti cinta akan uang adalah akar segala
kejahatan atau kekurangan uang adalah akar segala kejahatan. Tidak ada yang
salah dari kedua pendapat tersebut, tergantung pada nilai yang diwarisi dan diajarkan
oleh orang tua.
Alur kehidupan terbentuk dari pikiran. Intelegensi
finansial adalah suatu proses mental, lewat mana kita memecahkan
masalah-masalah finansial kita.
If you are born poor it’s not your mistake, but if you
die poor it’s your mistake (Bill Gates)
Pada kenyataannya orang tua kita melatih bagaimana
mencari uang, namun jarang yang mengajarkan bagaimana mengelola uang jika telah
memilikinya. 89% keretakan rumah tangga disebabkan karena masalah keuangan.
Beberapa mitos yang masih diterima oleh banyak orang
di antaranya adalah fungsi suami sebagai perencana keuangan dan istri sebagai
pembelanja dana, sehingga leluasa membeli barang-barang bermerek.
Banyak orang yang dahulunya mapan dan terkenal tidak
lagi menikmati kekayaannya. Salah satunya adalah Mike Tyson, si Leher Beton,
seorang petinju terhebat pada tahun 1980 dan 1990, bangkrut pada tahun 2003
dengan utang 23 juta dolar. Saat ini hidup di rumah kontrakan sederhana di
Arizona, Amerika Serikat.
Selain itu, terdapat penelitian bahwa 85% pasien
kanker dan keluarga bangkrut. Contoh-contoh nyata di atas menunjukkan bahwa
pengelolaan keuangan bukan hanya perlu tapi penting. Di lain waktu terdapat
contoh seperti Haji Wahid, seorang penarik becak sejak 1972 yang berhasil
menunaikan ibadah haji bersama istrinya. Beliau juga berhasil menyekolahkan
ketiga anaknya.
Permasalahan yang sering ditemui dalam kegagalan dalam
mengelola keuangan di antaranya adalah gangguan dari tukang kredit yang tidak
henti-hentinya, cicilan yang tidak lunas-lunas, tidak adanya uang untuk zakat
atau infak, gaji selalu dirasa kurang, gaya hidup melebihi kemampuan, sedikit
atau tidak memiliki simpanan dan tidak ada perencanaan pensiun.
Untuk mengatasi kondisi tadi, kita harus mulai
merencanakan keuangan.
Fail to plan ≠ Plan to fail, kita tidak pernah
merencanakan untuk gagal, tetapi sering gagal dalam perencanaan.
Kalau kamu tidak menanam di
musim semi, apa yang akan kamu tuai di musim dingin? - Peribahasa
Supaya bertanam 7 tahun, lalu
apa yang kamu tuai biarlah dibulirnya,kecuali sedikit untuk kamu makan. Setelah
itu akan datang 7 tahun yang amat sulit, menghabiskan apa yang kamu simpan.
Selanjutnya akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan. (QS Yusuf: 43 -49)
Perencanaan keuangan akan mendorong kita untuk dapat
mengatur dan menyusun kehidupan kita. Pikirkan pada fungsi dan tujuan, hiraukan
yang tidak perlu dan tidak penting seperti pandangan orang dan keinginan untuk
berhura-hura. Kesabaran dan kedisiplinan menjadi kuncinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar