Minggu, 30 Juni 2013

Day 5: Workshop Social Media


Materi selanjutnya adalah Workshop Social Media oleh Yunus Bani Sadar, CEO iMarketing. Beliau membuka dengan pernyataan bahwa social media seperti pisau, bisa dipakai untuk memotong roti atau melukai orang. Pada akhirnya social media hanyalah alat yang fungsinya ditentukan oleh penggunanya.

Kenapa harus  social media?
  • No boundaries
  • No distance
  • No time limit

Media sosial adalah media yang memungkinan untuk melakukan kegiatan sosial. Social media di Indonesia di antaranya adalah blog, facebook, twitter, youtube, linkedin, google plus, instagram/path/pinterest, forum dan yahoo!groups.

Faktor-faktor yang membuat blog yang bagus adalah content, traffic dan design.

Manajemen blog
                                                                         
Persepsi ada orang yang mendengar. Jadi kalau ada umpan balik yang negatif, kesalahan ada pada yang menyampaikan.

Personal branding
Anda ingin dikenal sebagai apa? Maka menulislah tentang itu. Peran apa yang kamu mau? Kamu harus bentuk batasan anda sendiri.

Menaklukkan Google


Google Friendly Blog
  • Trends
  • Keyword-minded
  • Informative
  • Fresh
  • Update

Facebook
  • Media interaksi
  •  Media bisnis
  •  Media narsis.

Tips Facebook:
  • Username dan profil yang jelas
  • Konten status/gambar yang shareable, interactive, positive
  • No photo tagging
  • Human for account, non-human for page
  • 1 jam 1 konten
  •  Quiz / Polling / Questions

Twitter
  •  Media interaksi
  •  Media branding
  •  Media streaming

Tips Twitter:
  •  Username 3S: simple short straight
  • Tweet yang positif dan menghibur
  • Use reply and retweet
  • Followers=following+content
  • Always followback your real followers
  •  Twitter is Love Marketing not Hard Selling
  •  Adakan Kultwit 1x/hari 
  •  Hindari TwitWar


All in one blogger


Day 5: Workshop Presentasi

Materi hari ini kali ini berhubungan dengan media dan memanfaatkannya dengan maksimal, bersama dengan pelatihannya langsung di tempat, dimulai dari Workshop Presentasi oleh Tedy J. Sitepu, penulis Presentation with Impact dan pengajar  pada Fakultas  Ekonomi  dan Bisnis Universitas Paramadina, Chief Operating Officer Riscon Realty.

Presentation is the act of introducing via speech and various additional means new information to an audience. (Wikipedia.org) Berdasarkan definisi tersebut presentasi tidak sekedar berdiri dan berbicara di depan, tapi menyampaikan makna.

Presentasi juga dapat diartikan sebagai upacara ketika sesuatu hadiah diberikan kepada seseorang atau penampilan dari sebuah drama atau hiburan lainnya. Presentasi menunjukkan bagaimana kita berpikir dan apa yang kita pikirkan.

Beberapa trick untuk presentasi di depan dengan infocus:
  • Fn + B untuk mematikan infocus, hidupkan lagi dengan ESC atau Fn B
  • Rasio normal power point 4:3
  •  In focus tidak tegak lurus menembak dinding layar
  • Efek keystone atau trapesium: pilih di infocus, poin keystone

Penyebab presentasi buruk:
  • Tanpa konsep (tidak ada tujuan yang jelas)
  • Terlalu banyak muatan dalam slide (padat informasi)
  • Terlalu banyak ornamen dan warna (harus bermakna bukan hanya dekoratif)
  • Terlalu banyak data (semua data ditampilkan, belum tentu relevan atau diperlukan)
  •  Tanpa jiwa (monoton dari segi penyampaian ataupun penampilan)

Komponen presentasi yang efektif:
  • Presenter, tokoh utama dalam suatu presentasi.
  •  Interaksi, kemampuan untuk melibatkan audiens.
  •  Makna, isi dari presentasi itu sendiri.
  •  Media, pemanfaatan berbagai media seperti audio, visual dan audiovisual.

Tanda presentasi buruk:
  • Tidak konsentrasi
  •  Bingung
  •  Sibuk sendiri
  •  Tertidur

Untuk memberikan impact suatu presentasi membutuhkan:
  • Impressive, mampu menarik perhatian audiens, baik karena desain, substansi, datanya atau cara presenter menyampaikan.
  • Powerful, harus memiliki energi positif yang kemudian disalurkan kepada audiens.
  •  Actual/contextual, harus menunjukkan pengetahuan paling terkini dan relevan dengan audiens.
  • Trustworthy, kepercayaan terhadap data, pendapat, pernyataan, kesimpulan, usulan dan saran.

Komponen slide presentasi:
  •  Layout. Align, distribute, arrange. Memastikan terdapat balance konten dalam slide.
  •  Fonts. Paragraph, spacing, column. Pilih font yang umum, 2 jenis per dokumen, setting size untuk audiens terjauh, sesuaikan karakteristiknya. Atur lebar paragraf.      
Tipe
Jenis Huruf
Sifat/Kesan
Serif
Georgia
Times New Roman
Courier
Formal, praktis
Professional, tradisional
Simple, nerd
Sans Serif
Arial
Tahoma
Century Gothic
Formal
Simple
elegant
  • Warna. Fill, line, color, image, chart. Gunakan warna terang untuk ruangan terang dan sebaliknya. Pemilihan warna yang komplementer dapat dibantu dengan kuler.adobe.com.
  • Images. Pertimbangkan makna bukan dekorasi. Mengambil gambar untuk presentasi bisa dengan membuat sendiri, beli di istock.com atau google dengan menyantumkan sumbernya.

Difference between ordinary and extraordinary is a little extra. (Jimmy Johnson)

Seperti kutipan di atas, bisa saja tambahan sedikit pada layout, font, warna atau image tersebut menentukan seberapa efektif presentasi yang kita buat dan menjadikan presentasi tersebut berbeda dan lebih dari presentasi lainnya.

Dan yang terpenting, presentasikan makna, bukan data. Slide data bukanlah mengenai data itu sendiri, tapi mengenai arti dari data tersebut.

Simplicity is the highest complexity (Leonardo da Vinci)


Tampilan bisa jadi sederhana, tapi bisa memberikan impact yang maksimal dengan pemanfaatan semua komponen presentasi dengan baik.

How to make world changing presentation (duarte.com):
RULE #1: Treat your audience as king
RULE #2: Spread ideas & move people
RULE #3: Help them see what you're saying.
RULE #4. Practice design, not decoration.
RULE #5. Cultivate healthy relationships with your slides—and your audience.

Sabtu, 29 Juni 2013

Day 4: Belajar Hidup dan Beradaptasi Budaya


Materi pada hari ini adalah Belajar Hidup dan Beradaptasi Budaya yang dimulai dari pengenalan teori dari Dr. Irid Agoes, Kepala Studi Amerika Pascasarjana Universitas Indonesia. Beliau menekankan pentingnya intercultural competence atau keterampilan antarbudaya ketika belajar di luar negeri.

Kriteria keberhasilan dalam mencapai keterampilan antarbudaya ada tiga, yaitu:
  1. Perasaan nyaman. Hal ini tampak ketika seseorang berpikir bahwa dia senang di tempat baru tersebut.
  2. Hubungan baik. Hal ini tampak ketika orang-orang di sekitarnya berpikir bahwa ia cocok di tempat tersebut dan juga ditunjukkan dengan adanya rasa hormat, berkawan, berbagi perasaan pribadi dan pemanfaatan waktu luang bersama orang di sana.
  3. Bekerja dengan efektif.

Konsep antarbudaya atau intercultural concept
Culture is the collective programming of the mind distinguishing the members of one group or category of people from others (Geert Hofstede)

Suatu antimodel adalah ketika kita menganggap kita berbudaya dan orang lain yang tidak memiliki budaya yang sama sebagai primitif. Kita harus merubah paradigma tersebut menjadi tidak semua yang tidak sama adalah buruk, hanya berbeda.

Gunung es antar budaya menggambarkan kecenderungan orang untuk melihat hanya bagian atas saja dari puncak gunung budaya yang berupa pakaian, masakan, kesenian, sastra drama, musik, tarian, dll. dan tidak melihat bagian yang tertutup lautan seperti konsep pendidikan, konsep kesederhanaan, konsep kecantikan, konsep waktu, dan konsep bercinta; konsep hubungan atasan dan bawaham, konsep kepemimpinan, konsep kerja, pola persahabatan dan konsep bekerja; pola interaksi, konsep diri, konsep kerja sama, bahasa tubuh, logika, jarak diri, dsb.

Dimensi budaya meliputi komunitas/lingkungan, kebangsaan, propinsi, kota, umur, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, profesi, latar pendidikan, suku, agama, dan latar belakang keluarga.

Tiga tingkat keunikan manusia dapat dilihat pada piramida berikut:

Satu cara paling mudah untuk menghadapi perbedaan adalah menerima perbedaan tersebut apa adanya.

Multikultural Education, Margereth D. Pusch, Intercultural Network, 1981

Proses Komunikasi Budaya dapat dilihat pada skema berikut:


Proses Pemahaman Budaya



Penting untuk diingat: Aku tidak akan menghakimi sebelum aku mengerti. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk mengamati dan memahami sebelum memberikan penilaian terhadap sesuatu atau seseorang.

Indonesia memiliki Individuality Index yang rendah, menunjukkan karakter bangsa kita sebagai penganut paham kolektifisme (collectivism) yang cenderung bertolak belakang dengan paham individualisme. Berikut perbedaan antara keduanya:

Collectivism
Individualism
Sulit melepaskan diri dari ikatan kelompok
Ingin menentukan pilihan sendiri, membutuhkan privasi
Ingin menyenangkan orang lain
Tugas diri sendiri  untuk menyenangkan diri sendiri
Selalu ingin dalam kelompok sehingga sulit inisiatif
Berbeda itu baik
Mencari persetujuan
Memutuskan sendiri
Percaya selalu akan ada yang menolong
Berdikari
Kalau frustrasi, akan menghilang
Ingin menyelesaikan masalah secara terbuka
Memilih kompromi, menghindari konfik
Mementingkan hasil akhir, tidak peduli caranya
Tidak terbuka
Mengakui kesalahan
Tidak ada batas antara pribadi dan professional
Bisa membedakan antara pribadi dan professional
Menginginkan hubungan langsung dan dari hati ke hati
Menginginkan bukti tertulis

Pendidikan antarbudaya berdasarkan Brislin terdiri atas tiga, yaitu:
  1.  Pendidikan kognitif
  2. Pendidikan perasaan
  3. Pendidikan sikap

Dalam penyesuaian budaya kita akan melakukan penambahan dan pengurangan nilai budaya dan juga mempertahankan nilai-nilai yang dianggap penting.

Karakter yang dibutuhkan untuk beradaptasi budaya:
  • Toleransi atas ketidakpastian
  •  Fleksibilitas pemahaman dan perilaku
  •  Percaya diri
  •  Sabar
  •  Semangat mempelajari budaya baru
  •  Kemampuan berkomunikasi
  •  Keterbukaan
  •  Empati
  • Rasa humor

Education is the kindling of a flame, not the filling of a vessel. (Socrates)

Materi dilanjutkan dengan sharing session dari Della Y. A. Temenggung, lulusan Australian National University dan mantan ketua PPI Australia. Beliau berbagi prinsip yang dipegang selama hidup dan belajar di luar negeri.
  • Be ready, be confident. Merasa takut dan tegang tidaklah salah, namun jangan biarkan perasaan tersebut menghentikan langkah. Selama yang kita hadapi adalah manusia, kita pasti bisa
  • Be open-minded. Kita tidak hanya belajar di luar negeri, tapi kita juga belajar untuk melepas (unlearn) hal-hal yang kita pelajari.
  • Stay focused. Energi mengikuti perhatian, sehingga penting untuk mengatur pikiran dan perhatian sehingga terus mengarah ke tujuan. Cara-cara untuk memastikan  hal tersebut dengan membuat support system seperti keluarga, atau teman. Teman atau relasi di luar negeri dapat kita peroleh setelah mengamati dan beradaptasi dan melakukan komunikasi dan interaksi. Komunikasi terutama penting untuk menghindari kesalahpahaman terutama dalam perbedaan budaya.


Beliau mengingatkan bahwa untuk setiap kejadian, ada kali pertama, sehingga jangan ragu untuk mencoba, dan mengulang kembali. Banyak hal-hal baik, tinggal kita menemukannya dan membawanya kembali ke Indonesia.

Jumat, 28 Juni 2013

Day 3: Academic Writing: Training Penulisan Jurnal Internasional

Materi terakhir untuk hari ini adalah Academic Writing: Training Penulisan Jurnal Internasional oleh Prof. Moh. Nasikin, Guru Besar Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia yang telah menghasilkan banyak publikasi jurnal ilmiah dan membuat paten, salah satunya untuk produk BioPower. Oleh karena itu, moderator memperkenalkan beliau sebagai orang yang telah menulis sesuatu yang pantas dibaca dan melakukan hal-hal yang pantas ditulis.

If you would not be forgotten as soon as  you are dead and rotten, either write something worth reading or do things worth the writing. (Benjamin Franklin)

Pertanyaan yang sering timbul mengenai publikasi di antaranya adalah:

  • Apa pentingnya menulis publikasi?
        Publikasi penting untuk menginformasikan riset yang telah dilakukan sehingga dapat menjadi referensi   
        untuk publikasi ilmiah lainnya dan riset yang dilakukan tidak overlap dengan peneliti lain

  •  Kenapa harus publikasi ilmiah?
       Publikasi ilmiah harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan memiliki kontribusi terhadap ilmu  
       yang dipelajari. Munculnya masalah yang harus diselesaikan dengan riset dapat dilihat siklusnya pada   
       gambar berikut:

Beliau juga mendorong kita untuk mencari ide-ide dari sekitar dan kaitkan dengan kebutuhan bangsa sebagai bentuk pengabdian kita.

    Alur hasil riset yang menghasilkan novelty:

  •     Mulai dari mana untuk menulis publikasi?
      Publikasi dimulai dari identifikasi novelty dari hasil riset.
    ·         Seperti apa hasil riset yang layak dipublikasikan?
    Publikasi yang menyampaikan novelty, bisa saja ide lama namun dengan spesifikasi baru sehingga menjadikan sesuatu yang baru.
    ·         Bagaimana bentuk tulisan yang layak dipublikasi?
    ·         Jurnal ilmiah yang seperti apa?

    Susunan Publikasi Secara Umum
    1.       Judul
    Ø  Maksimal terdiri dari 20 kata
    Ø  Menggambarkan seluruh pekerjaan yang berisi:
    ·   Masalah yang diselesaikan
    ·   Metode penyelesaian
    ·   Gambaran hasil riset
    2.       Abstrak/Ringkasan
    Ø  Berkisar 100 sampai 300 kata
    Ø  Memiliki empat pokok pikiran, yaitu:
    ·   Masalah yang diselesaikan dari masalah secara umum sampai masalah khusus pada riset dan tujuan riset
    ·   State of art yang berisi riset terdahulu sampai saat ini
    ·   Metode riset
    ·   Hasil riset
    3.       Pendahuluan/Latar belakang
    Merupakan perluasan penjelasan dari abstrak, berisi:
    Ø  Masalah yang diselesaikan dari masalah secara umum sampai masalah khusus pada riset
    Ø  Tujuan riset
    Ø  State of the art yang berisi riset terdahulu dan harus menunjukkan bahwa riset belum dilakukan sebelumnya
    Ø  Metode riset yang dipakai
    Merupakan bagian yang terpenting dan tersulit karena:
    Ø  Menggambarkan masalah yang diselesaikan
    Ø  Menjamin cara penyelesaian secara ilmiah, salah satunya dengan metode similarity
    Ø  Menjamin kebaruan riset dan hasil riset
    4.       Metode riset
    Berisi bahan riset, alat riset, variabel riset, prosedur riset, metode riset, analisis riset, dan metode perhitungan riset.
    5.       Hasil dan pembahasan
    Ø  Menampilkan data
    Ø  Analisis penjelasan fenomena
    Ø  Membandingkan dengan data dan fenomena pada riset sebelumnya
    Ø  Analisis menggunakan teori
    Ø  Membuktikan novelty
    Ø  Membuktikan fenomena sesuai kaidah ilmiah
    6.       Kesimpulan
    Menyimpulkan hasil riset yang sesuai tujuan riset dan menjawab hipotesis.
    7.       Daftar pustaka
    Menggunakan sistem Harvard dan Vancouver.

Day 3: Membangun Kapasitas dan Karakter Pemimpin Bangsa di Masa Mendatang

Materi selanjutnya adalah Membangun Kapasitas dan Karakter Pemimpin Bangsa di Masa Mendatang oleh Imam B. Prasodjo, dosen Sosiologi Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Beliau memulai materi dengan kondisi Indonesia saat ini ketika pemerintahan tidak lagi dipercayai oleh warga negaranya, atau trust deficit. Pejabat mengalami devaluasi kepercayaan dari publik. Hal ini dapat terjadi karena tidak semua pejabat adalah pemimpin, dan tidak semua pemimpin adalah pejabat.

Syarat untuk dipercaya publik, hanyalah dua, yaitu:
  •  Memiliki karakter yang menentukan sebuah tindakan atau keputusan yang diambil.
  •  Memiliki kapasitas yang memberikan kemampuan membaca masalah yang ada.
Secara sederhana, untuk memperoleh kepercayaan orang adalah dengan memiliki hati dan otak. Sementara itu, kecenderungan pada saat ini kapasitas lebih ditekankan dan dihargai.

Konsep kunci:
  • Pemimpin
  • Capacity building
  • Character building
  • Bangsa
  • Masa mendatang
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan menggerakan orang lain untuk ikut serta melakukan sesuatu kegiatan yag terencana dengan visi untuk melakukan perubahan nyata ke arah kehidupan bersama yang lebih baik yang dilakukan dengan pemberian motivasi tanpa cara-cara pemaksaan.

Kepemimpinan mengacu pada upaya menggerakan orang lain untuk ikut serta melakukan kegiatan bersama sesuai dengan tujuan dan cara yang memiliki kegunaan nyata dan berjangka panjang.

Anyone can steer the ship but it takes a leader to chart the course. (Maxwell, 1998)


Leader
Manager
Administrator
Key area of focus
Vision
Execution
Maintenance

Managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing. (Bennis & Nanus, 1985)

Pemimpin bangsa adalah seseorang yang dapat menggerakan rakyat banyak untuk melakukan kegiatan terencana dengan visi untuk melakukan perubahan nyata ke arah kehidupan bersama yang lebih baik, sebagaimana dicita-citakan dalam konstitusi, dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara persuasif-partisipatif, bukan secara represif dan non partisipatif.

Indonesia sebagai negara bangsa multikultural (multicultural nation state) merupakan suatu bentuk dari negara modern yang terdiri berbagai bangsa (lebih dari 50 suku bangsa), suku bangsa yang terdiri dari lebih dari 700 kelompok etnis dan agama-agama mayoritas, dan 70.611 desa dengan hukum adat pada masing-masing daerah.

Aset utama yang penting bagi seorang pemimpin bangsa adalah Empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi semua warga negara dari yang maju sampai yang terbelakang.

Pertanyaan Kunci
  • Kapasitas apa yang diperlukan bagi pemimpin bangsa mendatang?
  • Karakter seperti apa yang diperlukan bagi pemimpin bangsa pendatang?
  • Apa tantangan global yang akan dihadapi?
  • Apa tantangan nasional yang akan dihadapi?
Berdasarkan Urban Capacity Building, capacity building secara lebih luas meliputi
  •  Human resource development
  • Organisational development
  • Institutional and legal framework development
Capacity building terdiri dari dua tingkat, yaitu institutional capacity building dan personal capacity building.

Nation building dimulai dari nilai multikulturalisme, nasionalisme, pengertian antar kelompok dan mediasi dan transformasi konflik. Nilai-nilai tersebut mengarah pada kebahagiaan atau kesejahteraan sebagai kehidupan yang benar (right livelihood). Ketika nilai-nilai tersebut dipengang oleh suatu bangsa akan memunculkan interaksi melalui pengembangan partisipatori berdasarkan egalitarianisme (sejajar), equal envolvement, dan keterbukaan sehingga membentuk suatu komunitas responsif yang bersifat non repressive, non libertarian free for all dan environmentally friendly.

Fenomena saat ini di Indonesia, makin tinggi pendidikan, makin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.

Social entrepreneurship are not content just to give a fish or teach how to fish. They will not rest until they have revolutionized the fishing industry. (Drayton, 2010)

Mimpi Indonesia tercerminkan pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Makna Pluralisme (KebhinekaTunggalIkaan) 
Kebhinneka Tunggal Ikaan tidaklah sekedar keragaman semata, namun merupakan keterlibatan energetik (energetic engagement) terhadap keragaman itu. Artinya terdapat hubungan inter dan intra komunitas yang dinamis.
  1. Kebhinneka Tunggal Ikaan tidaklah sekedar toleransi tetapi upaya aktif untuk memahami perbedaan antara berbagai kelompok yang ada (the active seeking of understanding across lines of difference).
  2. Kebhinneka Tunggal Ikaan berarti memegang identitas masing-masing, di mana satu kelompok dengan lainnya dapat berbeda, namun perbedaan itu tidak hidup dalam situasi isolatif, tetapi selalu dalam hubungan intensif antara satu dengan yang lain.
  3. Kebhinneka Tunggal Ikaan itu berbasis pada dialog. Artinya, di dalamnya terdapat hubungan, transaksi “give and take”, kritik dan evaluasi diri. Dialog berarti bicara dan mendengar, dan dalam proses itu menghasilkan pemahaman bersama atas adanya “kesamaan” maupun pemahaman atas “adanya perbedaan.”
Diadopsi dan dikembangkan dari Diana L. Eck (Pluralism Project, Harvard University)

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Berdasarkan UNESCO, badan pendidikan dan kebudayaan dunia, (1998) terdapat empat ranah pendidikan, yaitu:
  1. Learning to know
  2. Learning to be
  3. Learning to do
  4. Learning to live together
Proses pembangunan lingkungan pendidikan bermakna dan menyenangkan harus didukung oleh peraturan dan dimanajemen dengan memperhatikan tiga hal, yaitu:

  •  Pendukung berupa infrastruktur sosial dan fisik.
  • Cara pengajaran dan pendidikan dengan interaksi sehat dan menyenangkan. Interaksi tersebut meliputi pengaturan, pemahaman dan penghayatan melalui pelaksanaan.
  • Tujuan yang meliputi pembangunan karakter dan kompetensi.
Trilogi pembangunan Orde Baru terdiri dari stabilitas, ekuitas dan pertumbuhan. Stabilitas berhasil diraih namun ekuitas tidak tercapai.

Indonesia termasuk pada tempat kerja terburuk (The World’s Places to Work) berdasarkan Business Week, menempati peringkat kedua di dunia.

Apa itu karakter?
I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin, but by the content of their character. (Martin Luther King Jr.)

Character building dimulai dari penanaman nilai-nilai yang kemudian diterapkan dalam keseharian seperti adil, jujur, tanggung jawab, rasional, toleran dan pemberani. Nilai-nilai tersebut mengarah pada kebahagiaan atau kesejahteraan sebagai kehidupan yang benar (right livelihood). Apabila nilai-nilai tersebut dimiliki oleh sebuah bangsa akan menumbuhkan egaliterianisme (sejajar), equal envolvement dan keterbukaan sehingga membentuk suatu komunitas responsif yang bersifat non repressive, non libertarian free for all dan environmentally friendly.

Ketika menghadapi sistem yang bobrok kita harus membentuk island of integrity, barisan yang berintegritas yang akan mengingatkan kita untuk tetap memegang teguh nilai dan moral kita.

Day 3: Pengantar Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia

Materi hari ini dimulai dengan Pengantar Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia yang disampaikan oleh Mayjen TNI (Purn) E. Imam Maksudi, tenaga profesional Lemhanas Republik Indonesia. Pak Imam membuka materi dengan mengutip Presiden Soekarno, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Nilai kebangsaan menjadi penting bagi para pemuda Indonesia karena di tangan kitalah kita akan membangun negeri ini dan mengguncang dunia pada saat yang sama. Beliau juga menekankan pentingnya bersyukur, karena semua yang kita miliki merupakan berkah dan rahmat dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Bangsa Indonesia termasuk masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai bahasa, adat dan agama sementara terletak terpisah-pisah secara geografis karena merupakan negara kepulauan. Kesamaan yang dimiliki masyarakat tersebut adalah pengalaman sejarah yang sama, yaitu dikuasai oleh kerajaan dan dijajah oleh negara yang sama dan merdeka bersama-sama. Dengan empat konsensus dasar nasional muncullah nilai-nilai kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan merupakan suatu hal yang intrinsik, berasal dari dalam diri kita sendiri yang mendorong kita untuk meraih cita-cita bangsa dan negara sehingga dapat menghadapi semua permasalahan yang ditemui.

Nilai-nilai kebangsaan inilah yang mendorong kita menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekalipun belum ada negara yang nyata yang bernama Indonesia. Konsensus Dasar Nasional melalui perspektif historis dibedakan menjadi sebelum dan sesudah bernegara. Terdapat tiga faktor yang membentuk kita menjadi negara, yaitu:
  • Budaya dan bahasa Melayu. Dengan kesamaan bahasa, rakyat Indonesia dapat berkomunikasi mengenai ide-ide kebangsaan.
  • Bhinneka Tunggal Ika. Falsafah yang mengajarkan untuk menghargai perbedaan sehingga menjadikan masyarakat yang rukun.
  • Sumpah pemuda (1928). Perkumpulan pemuda menyatukan potensi lokal dan menegaskan sikap dan kehendak yang tercerminkan dalam isi sumpah pemuda: satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa persatuan.

Setelah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditetapkanlah falsafah bangsa, konstitusi negara, bentuk negara kesatuan dan semboyan kebangsaan. Dengan keempat pilar tersebut, sekalipun menghadapi berbagai ancaman disintegrasi, bangsa dan negara Indonesia tetap utuh.

Dari perspektif sosiologis, Indonesia merupakan negara yang multikultur sehingga konflik-konflik tidak bisa dihindari tanpa sikap saling menerima, saling menghargai dan saling bantu. Pada jaman penjajahan/kolonial, perbedaan tersebut dimanfaatkan untuk mengadu kelompok mayoritas dan minoritas sehingga untuk mengatasi konflik-konflik tersebut perlu nilai-nilai yang diterima dan diakui bersama sebagai bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Kebangsaan Indonesia
Sebelum membahas nilai-nilai kebangsaan Indonesia, diperlukan pengertian dahulu atas nilai itu sendiri. Berikut beberapa pengertian nilai dari berbagai literatur.
·        Nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal baik atau buruk. (Pepper, 1958:7).
·        Nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia bagi subjeknya. (Perry, 1954) 
    Sesuatu yang baik atau juga buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. (Munandar S, 2010:35)

Jenis nilai terbagi dua menjadi,
  1.    Nilai yang tercernakan. Nilai yang melihat pada individu yang bersangkutan sehingga membentuk landasarn bagi hati nurani dan menimbulkan rasa malu atau bersalah ketika terjadi penyimpangan pada nilai yang dipegang.
  2.    Nilai yang dominan. Nilai yang lebih diutamakan dari nilai-nilai lainnya dan berfungsi sebagai latar belakang atau kerangka dasar bagi tingkah laku sehari-hari.

Konsensus dasar nasional sebagai sumber nilai.
1.       Falsafah bangsa Pancasila
Ø  Berada dalam rumusan pembukaan UUD 1945
Ø  Digali dengan khasanah budaya bangsa, meliputi religius, prinsip kemanusiaan, utamakan persatuan, musyawarah mufakat dan upayakan keadilan sosial
Ø  Sebagai dasar negara, menjadi identitas nasional dan panduan hidup bangsa
2.       Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Ø  Mencerminkan jiwa kehidupan bangsa Indonesia, meliputi:
·   Prinsip kemerdekaan
·   Gambaran cita-cita nasional (visi) dan tujuan nasional (misi)
·   Falsafah bangsa sebagai fondasi bangunan negara
·   Atas berkat dan rahmat Allah yang Maha Kuasa
3.       Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ø  Sebagai pilihan ruang hidup atau wadah bersama
·   Konsensus politik
·   Menjadi kuat dalam persatuan
Ø  Menyatukan keterpisahan geografis
4.       Sesanti Bhinneka Tunggal Ika
Ø  Hakekat hidup manusia
·   Bagian kecil dari ciptaan tuhan yang berbeda-beda (awal/hulu)
·   Satu ciptaan untuk berbakti kepada tuhan (akhir/hilir)
Ø  Ajaran moral untuk hidup bermasyarakat secara harmonis

Hakikat Nilai Kebangsaan
Prinsip-prinsip moral yang mencakup kebaikan sifat dan sikat dan cermin jati diri bangsa Indonesia. Pemantapan nilai kebangsaan adalah penting.
  • Segarkan dan kuatkan kesadaran kebangsaan untuk membangun ketahanan nasional Indonesia
  • Cinta dan utamakan kepentingan bangsa dan negeri sendiri 
  • Menambah keyakinan atas kebenaran falsafah Pancasila, UUD 1945 sebagai satu-satunya pedoman garis negara, NKRI sebagai satu-satunya bentuk negara yang tepat untuk negara kepulauan dan pilihan kerukunan hidup bersama dan ajaran untuk menghargai sesama.

Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara diperjuangkan dengan pengorbanan. Oleh karena itu, harus dipertahankan pula dengan pengorbanan. Untuk menghadapi tantangan kita perlu kekuatan moral untuk kobarkan semangat kebangkitan nasional sehingga perlu memantapkan nilai-nilai kebangsaan sebagai sumber kekuatan moral.


Sebagai kesimpulan, pemantapan nilai-nilai kebangsaan haruslah sistematis, konsisten dan terukur oleh diri kita sendiri sehingga tepat sasaran dan berhasil menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan idealisme kebangsaan. Pada saat itu semua tercapai, negara ini akan bertahan hidup dan maju.