Kamis, 27 Juni 2013

Day 2: Selamat Siang, Risa!

Materi selanjutnya masih berkaitan dengan Masa Depan Pemberantasan Korupsi di Indonesia dan Pelatihan Pencegahan Korupsi. Seperti yang telah disampaikan oleh Pak Erry pada materi sebelumnya, terdapat dua cara pemberantasan korupsi. Pertama dengan penegakan hukum, dan kedua dengan pencegahan. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Salah satu media paling efektif untuk melakukan hal tersebut adalah film.

Bekerja sama dengan insan perfilman Indonesia dan Transparency International Indonesia, KPK melakukan kampanye anti-korupsi melalui empat film pendek bertemakan kita versus korupsi. Salah satu film pendek tersebut adalah film berjudul Selamat Siang, Risa! yang disutradarai oleh Ine Febriyanti.

Film pendek tersebut mengambil latar tahun 1970an ketika terjadi peristiwa Malari meletus. Film ini menyorot keluarga sederhana yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua anak kecil yang terkena dampak ekonomi saat itu. Dalam kondisi tersebut, Pak Woko, kepala keluarga tersebut dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan integritasnya untuk menolong keluarganya dan mempertahankan integritasnya dengan melepaskan kesempatan untuk menolong keluarganya. Sekalipun dalam pilihan sulit tersebut, sang bapak mampu bertahan pada pendiriannya dan nilai tersebut diwariskan pada anaknya yang melakukan hal yang sama ketika dihadapkan pada pilihan yang sama.

Film Selamat Siang, Risa! berhasil menampilkan dengan apik kondisi realita saat ini dan membangun simpati kepada orang-orang yang berusaha berpegang teguh pada integritasnya. Film tersebut menunjukkan pula seberapa penting tokoh panutan atau role model untuk menanamkan nilai tersebut. Nilai yang sama tertanam pada Ine yang mengambil inspirasi cerita untuk film ini dari pengalaman nyata bapaknya. Kita sebagai generasi penerus harus bisa memastikan pada nantinya tidak ada orang seperti Pak Woko, yang harus dihadapkan pada pilihan yang sulit antara integritas dan kesejahteraan diri dan keluarganya. Kita juga harus bisa menjadi role model untuk generasi selanjutnya sehingga tidak akan ada lagi korupsi di Indonesia.

Character traits based on respect for authority and social rules, such as honesty, cooperation, responsibility, and self-reliance, are learned first within the family sphere. If learned well, these traits are then transferred beyond the family to dealings with society at large. (Popenoe, 1998)

“Bahwa semua anak yang dididik dan dibesarkan dari kebaikan, akan menumbuhkan kebaikan.”

Sumber:
We Are What We See: The Family Conditions for Modeling Values for Children (diakses tanggal 28 Juni 2013), http://parenthood.library.wisc.edu/Popenoe/Popenoe-Modeling.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar