Jumat, 28 Juni 2013

Day 3: Membangun Kapasitas dan Karakter Pemimpin Bangsa di Masa Mendatang

Materi selanjutnya adalah Membangun Kapasitas dan Karakter Pemimpin Bangsa di Masa Mendatang oleh Imam B. Prasodjo, dosen Sosiologi Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Beliau memulai materi dengan kondisi Indonesia saat ini ketika pemerintahan tidak lagi dipercayai oleh warga negaranya, atau trust deficit. Pejabat mengalami devaluasi kepercayaan dari publik. Hal ini dapat terjadi karena tidak semua pejabat adalah pemimpin, dan tidak semua pemimpin adalah pejabat.

Syarat untuk dipercaya publik, hanyalah dua, yaitu:
  •  Memiliki karakter yang menentukan sebuah tindakan atau keputusan yang diambil.
  •  Memiliki kapasitas yang memberikan kemampuan membaca masalah yang ada.
Secara sederhana, untuk memperoleh kepercayaan orang adalah dengan memiliki hati dan otak. Sementara itu, kecenderungan pada saat ini kapasitas lebih ditekankan dan dihargai.

Konsep kunci:
  • Pemimpin
  • Capacity building
  • Character building
  • Bangsa
  • Masa mendatang
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan menggerakan orang lain untuk ikut serta melakukan sesuatu kegiatan yag terencana dengan visi untuk melakukan perubahan nyata ke arah kehidupan bersama yang lebih baik yang dilakukan dengan pemberian motivasi tanpa cara-cara pemaksaan.

Kepemimpinan mengacu pada upaya menggerakan orang lain untuk ikut serta melakukan kegiatan bersama sesuai dengan tujuan dan cara yang memiliki kegunaan nyata dan berjangka panjang.

Anyone can steer the ship but it takes a leader to chart the course. (Maxwell, 1998)


Leader
Manager
Administrator
Key area of focus
Vision
Execution
Maintenance

Managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing. (Bennis & Nanus, 1985)

Pemimpin bangsa adalah seseorang yang dapat menggerakan rakyat banyak untuk melakukan kegiatan terencana dengan visi untuk melakukan perubahan nyata ke arah kehidupan bersama yang lebih baik, sebagaimana dicita-citakan dalam konstitusi, dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara persuasif-partisipatif, bukan secara represif dan non partisipatif.

Indonesia sebagai negara bangsa multikultural (multicultural nation state) merupakan suatu bentuk dari negara modern yang terdiri berbagai bangsa (lebih dari 50 suku bangsa), suku bangsa yang terdiri dari lebih dari 700 kelompok etnis dan agama-agama mayoritas, dan 70.611 desa dengan hukum adat pada masing-masing daerah.

Aset utama yang penting bagi seorang pemimpin bangsa adalah Empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi semua warga negara dari yang maju sampai yang terbelakang.

Pertanyaan Kunci
  • Kapasitas apa yang diperlukan bagi pemimpin bangsa mendatang?
  • Karakter seperti apa yang diperlukan bagi pemimpin bangsa pendatang?
  • Apa tantangan global yang akan dihadapi?
  • Apa tantangan nasional yang akan dihadapi?
Berdasarkan Urban Capacity Building, capacity building secara lebih luas meliputi
  •  Human resource development
  • Organisational development
  • Institutional and legal framework development
Capacity building terdiri dari dua tingkat, yaitu institutional capacity building dan personal capacity building.

Nation building dimulai dari nilai multikulturalisme, nasionalisme, pengertian antar kelompok dan mediasi dan transformasi konflik. Nilai-nilai tersebut mengarah pada kebahagiaan atau kesejahteraan sebagai kehidupan yang benar (right livelihood). Ketika nilai-nilai tersebut dipengang oleh suatu bangsa akan memunculkan interaksi melalui pengembangan partisipatori berdasarkan egalitarianisme (sejajar), equal envolvement, dan keterbukaan sehingga membentuk suatu komunitas responsif yang bersifat non repressive, non libertarian free for all dan environmentally friendly.

Fenomena saat ini di Indonesia, makin tinggi pendidikan, makin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.

Social entrepreneurship are not content just to give a fish or teach how to fish. They will not rest until they have revolutionized the fishing industry. (Drayton, 2010)

Mimpi Indonesia tercerminkan pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Makna Pluralisme (KebhinekaTunggalIkaan) 
Kebhinneka Tunggal Ikaan tidaklah sekedar keragaman semata, namun merupakan keterlibatan energetik (energetic engagement) terhadap keragaman itu. Artinya terdapat hubungan inter dan intra komunitas yang dinamis.
  1. Kebhinneka Tunggal Ikaan tidaklah sekedar toleransi tetapi upaya aktif untuk memahami perbedaan antara berbagai kelompok yang ada (the active seeking of understanding across lines of difference).
  2. Kebhinneka Tunggal Ikaan berarti memegang identitas masing-masing, di mana satu kelompok dengan lainnya dapat berbeda, namun perbedaan itu tidak hidup dalam situasi isolatif, tetapi selalu dalam hubungan intensif antara satu dengan yang lain.
  3. Kebhinneka Tunggal Ikaan itu berbasis pada dialog. Artinya, di dalamnya terdapat hubungan, transaksi “give and take”, kritik dan evaluasi diri. Dialog berarti bicara dan mendengar, dan dalam proses itu menghasilkan pemahaman bersama atas adanya “kesamaan” maupun pemahaman atas “adanya perbedaan.”
Diadopsi dan dikembangkan dari Diana L. Eck (Pluralism Project, Harvard University)

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Berdasarkan UNESCO, badan pendidikan dan kebudayaan dunia, (1998) terdapat empat ranah pendidikan, yaitu:
  1. Learning to know
  2. Learning to be
  3. Learning to do
  4. Learning to live together
Proses pembangunan lingkungan pendidikan bermakna dan menyenangkan harus didukung oleh peraturan dan dimanajemen dengan memperhatikan tiga hal, yaitu:

  •  Pendukung berupa infrastruktur sosial dan fisik.
  • Cara pengajaran dan pendidikan dengan interaksi sehat dan menyenangkan. Interaksi tersebut meliputi pengaturan, pemahaman dan penghayatan melalui pelaksanaan.
  • Tujuan yang meliputi pembangunan karakter dan kompetensi.
Trilogi pembangunan Orde Baru terdiri dari stabilitas, ekuitas dan pertumbuhan. Stabilitas berhasil diraih namun ekuitas tidak tercapai.

Indonesia termasuk pada tempat kerja terburuk (The World’s Places to Work) berdasarkan Business Week, menempati peringkat kedua di dunia.

Apa itu karakter?
I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin, but by the content of their character. (Martin Luther King Jr.)

Character building dimulai dari penanaman nilai-nilai yang kemudian diterapkan dalam keseharian seperti adil, jujur, tanggung jawab, rasional, toleran dan pemberani. Nilai-nilai tersebut mengarah pada kebahagiaan atau kesejahteraan sebagai kehidupan yang benar (right livelihood). Apabila nilai-nilai tersebut dimiliki oleh sebuah bangsa akan menumbuhkan egaliterianisme (sejajar), equal envolvement dan keterbukaan sehingga membentuk suatu komunitas responsif yang bersifat non repressive, non libertarian free for all dan environmentally friendly.

Ketika menghadapi sistem yang bobrok kita harus membentuk island of integrity, barisan yang berintegritas yang akan mengingatkan kita untuk tetap memegang teguh nilai dan moral kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar